Bill Gates Donor Rp.1,3 T Untuk Melawan Penyakit Alzheimer
Bill Gates Donor Rp.1,3 T Untuk Melawan Penyakit Alzheimer
Bos Microsoft Bill Gates memang terkenal akan sifat kedermawanannya yang tinggi. Kali ini, suami dari Melinda Gates ini menggelontorkan uang sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 1,3 triliun untuk mendanai riset mengenai penyakit Alzheimer.
Sumbangan tersebut setengahnya akan diberikan pada badan keuangan Dementia Discovery Fund (DDF) asal Inggris. Sementara US$ 50 juta lagi akan diinvestasikan pada start-up yang berfokus pada riset Alzheimer.
Uang tersebut juga bukan bersumber dari dana yang terletak di yayasan filantropi miliknya, melainkan merupakan uang dari kocek Bill Gates sendiri.
Miliarder ini mengungkap, Alzheimer memiliki pengaruh emosional tersendiri pada dirinya. Ada salah satu anggota keluarganya yang pernah terserang penyakit ini.
"Dari semua gangguan yang mengganggu kita di hari tua, satu yang menonjol sebagai ancaman besar bagi masyarakat: Penyakit Alzheimer," tulis Gates di blog pribadinya sebagaimana dikutip Forbes, Selasa (14/11/2017).
"Para ilmuwan belum mengetahui penyebab pasti Alzheimer atau bagaimana menghentikan penyakit ini agar tidak menghancurkan otak," lanjutnya.
Mantan orang terkaya dunia ini mengatakan bahwa penemuan obat untuk Alzheimer sangatlah penting. Jika berhasil, hal ini akan mempengaruhi hidup hampir 50 juta orang di dunia.
"Di Amerika Serikat, ini satu-satunya dalam 10 besar penyebab kematian yang tanpa perawatan yang berarti," tulis Gates.
Bill Gates menyadari bahwa mencapai kemajuan dalam penyembuhan Alzheimer akan menjadi proyek jangka panjang. Namun dia optimistis usahanya akan membuahkan hasil.
"Kita melihat inovasi ilmiah telah mengubah penyakit-penyakit yang semula pasti mematikan seperti HIV bisa tetap terkendali dengan pengobatan. Saya yakin kita bisa melakukan yang serupa (atau lebih baik) dengan Alzheimer," pungkasnya.
Bersama rekan miliardernya, Warren Buffett, Bill Gates juga mendirikan The Giving Pledge. Klub amal khusus miliarder ini punya syarat khusus bagi mereka yang mau masuk. Para miliarder harus rela memberikan sebagian besar harta yang dimiliki dan mendonasikannya untuk keperluan sesama.
Padahal, harta berlimpah yang dimiliki miliarder itu bisa membuat mereka melakukan apa saja. Apa yang membuat orang berduit lebih memilih menggunakan hartanya untuk beramal?
Pebisnis yang juga merupakan seorang filantropis David Meltzer, mengemukakan alasan di balik hobi beramal para miliarder. Menurut dia, hal itu didasarkan oleh beberapa alasan. Mulai dari keinginan untuk memberikan dampak lebih besar pada masyarakat, hingga memberi contoh pada generasi mendatang.
Dalam perjalanan menuju kesuksesan, David mengatakan, banyak pihak yang telah membantunya sampai di titik ini. Maka tak jarang, amal serta donasi yang diberikan para miliarder sering mereka jadikan sebagai balas budi untuk orang-orang tersebut.
"Saya banyak bertemu orang yang membantu menanamkan semangat wirausaha saat masih belia. Saya tidak akan bisa meraih sukses jika tidak bertemu orang-orang seperti mereka," tuturnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi para miliarder punya uang banyak bukan lagi menjadi tujuan terbesarnya dalam hidup. Sering kali, kata David, mereka ingin bisa memberi dampak lebih besar bagi lingkungan. Hal ini justru lebih penting daripada memperoleh laba dalam bisnis.
"Uang memang aset penting. Namun kamu tak akan mengerti pentingnya memberi sesuatu terlebih dahulu tanpa mengharapkan balasan," sebutnya.
Para miliarder juga senang melakukan hal ini. Hal ini mereka nilai menjadi langkah efektif mencetak pengusaha. Setelah menjadi dekat, katanya, mereka bisa memperoleh pelajaran penting tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Tak hanya terkait bisnis, juga hal-hal baik terkait berbagi dan memberdayakan masyarakat.
Sumbangan tersebut setengahnya akan diberikan pada badan keuangan Dementia Discovery Fund (DDF) asal Inggris. Sementara US$ 50 juta lagi akan diinvestasikan pada start-up yang berfokus pada riset Alzheimer.
Uang tersebut juga bukan bersumber dari dana yang terletak di yayasan filantropi miliknya, melainkan merupakan uang dari kocek Bill Gates sendiri.
Miliarder ini mengungkap, Alzheimer memiliki pengaruh emosional tersendiri pada dirinya. Ada salah satu anggota keluarganya yang pernah terserang penyakit ini.
"Dari semua gangguan yang mengganggu kita di hari tua, satu yang menonjol sebagai ancaman besar bagi masyarakat: Penyakit Alzheimer," tulis Gates di blog pribadinya sebagaimana dikutip Forbes, Selasa (14/11/2017).
"Para ilmuwan belum mengetahui penyebab pasti Alzheimer atau bagaimana menghentikan penyakit ini agar tidak menghancurkan otak," lanjutnya.
Mantan orang terkaya dunia ini mengatakan bahwa penemuan obat untuk Alzheimer sangatlah penting. Jika berhasil, hal ini akan mempengaruhi hidup hampir 50 juta orang di dunia.
"Di Amerika Serikat, ini satu-satunya dalam 10 besar penyebab kematian yang tanpa perawatan yang berarti," tulis Gates.
Bill Gates menyadari bahwa mencapai kemajuan dalam penyembuhan Alzheimer akan menjadi proyek jangka panjang. Namun dia optimistis usahanya akan membuahkan hasil.
"Kita melihat inovasi ilmiah telah mengubah penyakit-penyakit yang semula pasti mematikan seperti HIV bisa tetap terkendali dengan pengobatan. Saya yakin kita bisa melakukan yang serupa (atau lebih baik) dengan Alzheimer," pungkasnya.
Bersama rekan miliardernya, Warren Buffett, Bill Gates juga mendirikan The Giving Pledge. Klub amal khusus miliarder ini punya syarat khusus bagi mereka yang mau masuk. Para miliarder harus rela memberikan sebagian besar harta yang dimiliki dan mendonasikannya untuk keperluan sesama.
Padahal, harta berlimpah yang dimiliki miliarder itu bisa membuat mereka melakukan apa saja. Apa yang membuat orang berduit lebih memilih menggunakan hartanya untuk beramal?
Pebisnis yang juga merupakan seorang filantropis David Meltzer, mengemukakan alasan di balik hobi beramal para miliarder. Menurut dia, hal itu didasarkan oleh beberapa alasan. Mulai dari keinginan untuk memberikan dampak lebih besar pada masyarakat, hingga memberi contoh pada generasi mendatang.
Dalam perjalanan menuju kesuksesan, David mengatakan, banyak pihak yang telah membantunya sampai di titik ini. Maka tak jarang, amal serta donasi yang diberikan para miliarder sering mereka jadikan sebagai balas budi untuk orang-orang tersebut.
"Saya banyak bertemu orang yang membantu menanamkan semangat wirausaha saat masih belia. Saya tidak akan bisa meraih sukses jika tidak bertemu orang-orang seperti mereka," tuturnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi para miliarder punya uang banyak bukan lagi menjadi tujuan terbesarnya dalam hidup. Sering kali, kata David, mereka ingin bisa memberi dampak lebih besar bagi lingkungan. Hal ini justru lebih penting daripada memperoleh laba dalam bisnis.
"Uang memang aset penting. Namun kamu tak akan mengerti pentingnya memberi sesuatu terlebih dahulu tanpa mengharapkan balasan," sebutnya.
Para miliarder juga senang melakukan hal ini. Hal ini mereka nilai menjadi langkah efektif mencetak pengusaha. Setelah menjadi dekat, katanya, mereka bisa memperoleh pelajaran penting tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Tak hanya terkait bisnis, juga hal-hal baik terkait berbagi dan memberdayakan masyarakat.
Post a Comment