Header Ads

Dikhawatirkan Jadi Diktator, Duterte Sebut Ingin Pensiun Dini


Dikhawatirkan Jadi Diktator, Duterte Sebut Ingin Pensiun Dini

Presiden Filipina Rodrigo Duterte berupaya menepis semua kekhawatiran dirinya akan terus berkuasa dan menjadi diktator, dia hanya ingin mencapai tujuannya untuk menerapkan federalisme di Filipina sehingga bisa pensiun dini.

Mantan wali kota Davao itu sudah lama ingin mendukung federalisme agar bisa mengatasi kesenjangan kesejahteraan, memberi kekuasaan regional dan mengakui keberagaman di negara Filipina.

Sebuah kelompok yang berisikan 19 anggota dibentuk oleh Duterte pada bulan lalu, terdiri dari pakar hukum konstitusional dan dikepalai oleh mantan Hakim Agung. Mereka sudah mengajukan model federal yang hampir sama dengan Amerika Serikat.

Sejumlah pengkritik diyakini sebagai langkah mengubah konstitusi untuk memfasilitasi hal itu juga akan memungkinkan Rodrigo Duterte berkuasa hingga sampai 2022, ketika masa jabatan enam tahun berakhir.

Akan tetapi Duterte menyatakan sudah tidak kuat lagi untuk melakukan itu. Saya akan mundur pada 2020, saya tidak akan menunggu sampai 2022, ucap lelaki 72 tahun itu.

Saya sudah tua. Saya tidak punya ambisi lagi, saya benar-benar ingin beristirahat.

Para pendukung Duterte di kamar bawah Kongres Filipina jgua setuju untuk membentuk dewan konstituen untuk merevisi konstitusi, membatalkan pemilu masa pertengahan dan memperpanjang masa jabatan untuk semua pejabat terpilih.

Konstitusi itu disahkan pada 1987 setelah diktator Ferdinand Marcos diturunkan dalam revolusi berdarah.

Langkah terdahulu untuk mengubahnya gagal karena warga sipil dan kelompok religius menganggap langkah itu sebagai ancaman pada sistem yang dirancang untuk mencegah orang gila kuasa seperti Marcos. Ketakutan Duterte bakal menjadi seorang otokrat muncul seiring serangkaian pernyataannya mengagumi Marcos.

Para sekutu Duterte percaya ini akan berhasil mengubah konstitusi karena popularitas tinggi dan mayoritas yang dia peggang di Kongres.
Diberdayakan oleh Blogger.