Puluhan Imigran Tersenyum, Meski Tinggal Di Trotoar
Puluhan Imigran Tersenyum, Meski Tinggal Di Trotoar
Di depan Rumah Detensi Imigrasi Kalideres, Jakarta Barat, tepat di pedestrian, berjejer 8 buah tenda berukuran 4X4 meter beralaskan tikar beratap terpal berwarna biru. Belum lagi banyak tumpukan kardus berisikan perlengkapan sandang dan pangan milik imigran. Sekilas, kondisi ini tampak jauh dari kesan layak.
Begitulah penampakan tempat tinggal darurat para imigran. Mereka membangun sementara tempat ini untuk berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya malam, sembari menunggu kebaikan dari Pemerintah Indonesia untuk memindahkannya.
Ada sekitar 70 imigran yang tinggal di tenda biru tersebut. Mereka berasal dari Afghanistan, Sudan, dan Somalia. Salah satu penghuninya adalah Aliullah. Dia tinggal bersama ayahnya bernama Ali Hussain, ibunya bernama Hamidullah, serta adik-adiknya Zabiullah, Zainab, Sakina, dan Maryam.
Seakan tidak ada masalah, wajahnya selalu tampak gembira. Dia selalu memperlihatkan senyumnya kepada siapa pun yang ingin menanyakan nasibnya. Dia pasti akan menyapanya dengan begitu ramah dan langsung menjawab.
Saat itu, dia mengenakan pakaian serba biru donker dari mulai celana hingga kerudungnya pun biru. Wanita cantik itu sedang duduk melingkar bersila bersama anggota keluarganya.
Asalnya dari Afganistan. Sudah sebulan ia menetap di atas trotoar ini. Ya, di Jalan Peta Selatan, Jakarta Barat.
"Entah sampai kapan harus bertahan di sini. Saya tidak tahu. Apa kamu mau memberikan saya tempat tinggal," ucap dia, Jumat (16/1/2018).
Sambil menunggu kepastian, Aliullah mengisi hari-harinya dengan bermain dan bercanda dengan adik serta imigran lainnya. Sementara untuk makan harus, ia membeli di warung terdekat. Walaupun kadang ada masyarakat yang iba dan memberikan bantuan.
"Saya tidak mengemis dan tidak meminta-minta. Tapi jika ada yang memberi saya terima, karena kalau saya menolaknya, orang itu akan tersinggung," ujar dia.
Yang membuatnya sulit bukanlah persoalan makan, melainkan ketika ingin membersihkan badan. Sebab dia harus berjalan agak jauh dan merogoh kocek sebesar Rp 3 ribu. "Di sini tidak ada air. Kami harus membayarnya," ungkap dia.
Dia dan imigran yang lain bukanlah pengemis. Hanya ingin mencari tempat tinggal yang layak. Dia berharap kepada Pemerintah Indonesia untuk membantunya.
Begitulah penampakan tempat tinggal darurat para imigran. Mereka membangun sementara tempat ini untuk berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya malam, sembari menunggu kebaikan dari Pemerintah Indonesia untuk memindahkannya.
Ada sekitar 70 imigran yang tinggal di tenda biru tersebut. Mereka berasal dari Afghanistan, Sudan, dan Somalia. Salah satu penghuninya adalah Aliullah. Dia tinggal bersama ayahnya bernama Ali Hussain, ibunya bernama Hamidullah, serta adik-adiknya Zabiullah, Zainab, Sakina, dan Maryam.
Seakan tidak ada masalah, wajahnya selalu tampak gembira. Dia selalu memperlihatkan senyumnya kepada siapa pun yang ingin menanyakan nasibnya. Dia pasti akan menyapanya dengan begitu ramah dan langsung menjawab.
Saat itu, dia mengenakan pakaian serba biru donker dari mulai celana hingga kerudungnya pun biru. Wanita cantik itu sedang duduk melingkar bersila bersama anggota keluarganya.
Asalnya dari Afganistan. Sudah sebulan ia menetap di atas trotoar ini. Ya, di Jalan Peta Selatan, Jakarta Barat.
"Entah sampai kapan harus bertahan di sini. Saya tidak tahu. Apa kamu mau memberikan saya tempat tinggal," ucap dia, Jumat (16/1/2018).
Sambil menunggu kepastian, Aliullah mengisi hari-harinya dengan bermain dan bercanda dengan adik serta imigran lainnya. Sementara untuk makan harus, ia membeli di warung terdekat. Walaupun kadang ada masyarakat yang iba dan memberikan bantuan.
"Saya tidak mengemis dan tidak meminta-minta. Tapi jika ada yang memberi saya terima, karena kalau saya menolaknya, orang itu akan tersinggung," ujar dia.
Yang membuatnya sulit bukanlah persoalan makan, melainkan ketika ingin membersihkan badan. Sebab dia harus berjalan agak jauh dan merogoh kocek sebesar Rp 3 ribu. "Di sini tidak ada air. Kami harus membayarnya," ungkap dia.
Dia dan imigran yang lain bukanlah pengemis. Hanya ingin mencari tempat tinggal yang layak. Dia berharap kepada Pemerintah Indonesia untuk membantunya.
Post a Comment