Header Ads

Filipina Tangkap Seorang Wanita Perekrut Kelompok ISIS Marawi


Filipina Tangkap Seorang Wanita Perekrut Kelompok ISIS Marawi

Aparat kepolisian Filipina menangkap Karen Aizha Hamidon, istri dari mantan pemimpin kelompok radikal di Mindanao, yang sering merekrut militan untuk bergabung dengan ISIS di Marawi.

Menteri Kehakiman Filipina, Vitiliano Aguierre menyatakan bahwa Karen ditangkap oleh seorang agen khusus di rumahnya di Manila pada minggu lalu atas dugaan menghasut pemberontakan.

Karen Aizha Hamidon diduga memanfaatkan media sosial untuk menghasut warga asing untuk bergabung dengan kelompok radikal ISIS di Filipina demi menguasai Marawi.

Agen khusus itu menemukan 296 percakapan dalam Telegram dan Whatsapp pada ponsel Karena, yang berisikan ajakan kepada seluruh umat Muslim di Filipina, Indoa dan Singapura untuk datang ke Marawi demi mendirikan negara ISIS.

Pihak kepolisian juga menemukan daftar 250 nama yang sebagian besar diduga warga asing, dalam kontak ponsel Karen. Ratusan nama itu diduga sebagai simpatisan ISIS.

Memakai burqa hitam, Karena dibawa ke depan wartawan dalam jumpa pers oleh pihak keamanan pada Kamis (19/10) meski tidak diizinkan untuk berbicara.

Sebuah laptop dan ponsel milik Karen juga ditunjukkan penyidik sebagai barang bukti yang bisa membantu menyelidiki kasus ini.

Karen diketahui seorang mualaf, menikah dengan Mohammad Jaafar Maguid alias Tokboy, seorang mantan pemimpin Ansar Al Khalifa yang tewas dalam baku tembak dengan polisi pada Januari lalu.

Menurut Aguirre, Karena dan mantan suaminya itu terlibat dengan kelompok radikal teroris di Singapura dan Australia. Penangkapan Karena adalah hasil usaha pemerintah dalam memberantas terorisme di Filipina.

Ini perkembangan yang disambut baik dalam perang melawan teroris, ucapnya.

Akan tetapi, pengamat terorisme Sidney Jones mengatakan penangkapan Karen tidak berpengaruh terhadap aktivitas terorisme di negara Asia Tenggara itu.

Menurut Sidney, kredibilitas Karena sebagai seorang perekrut diragukan dalam komunitas teroris di wilayah Marawi. Beberapa pihak bahwa menyalahkan Karen terkait penangkapan petinggi-petinggi ISIS di Filipina.

Semua orang sangat membenci Karen dan mengira dia itu seorang mata-mata, ucap Sidney.

Sejak awal Mei lalu, Marawi telah dikuasai oleh Teroris ISIS hingga memicu perang kota dan memaksa Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer di wilayah itu.

Pada Selasa (17/10), Duterte menyatakan wilayah Marawi bebas dari kelompok teroris ISIS meski militer memprediksikan masih ada puluhan militer yang tersisa di wilayah itu.

Pernyataan jatuhnya ISIS di Marawi berselang sehari setelah militer Filipina berhasil membunuh Isnilon Hapilon, pemimpin Abus Sayyaf yang dianggap sebagai emir ISIS di Asia Tenggara.

Dalam operasi militer ini, militer juga berhasil membunuh Omarkhayam Maute, pemimpin kelompok Maute yang bekerja sama dengan ISIS.
Diberdayakan oleh Blogger.