Total Amunisi Yang Disimpan Di Markas TNI Lebih dari 5000 Butir
Total Amunisi Yang Disimpan Di Markas TNI Lebih dari 5000 Butir
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Wuryanto, mengatakan pihaknya sudah mengeluarkan amunisi dan senjata Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kaliber 40x46mm milik Brimob Polri yang sempat tertahan di kargo Bandara Soekarno-Hatta. Meski demikian, ribuan butir peluru tajam dititipkan di gudang senjata Mabes TNI.
"Tadi malam amunisi tersebut sudah dipindahkan ke gudang amunisi mabes TNI, sesuai dengan katalog yang menyertai sejumlah 5.932 butir amunisi," ujar Wuryanto di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (10/10/2017).
Dia menyebut, 280 pucuk senjata sudah diserahkan ke pihak Mabes Polri. Pasalnya, memang bisa digunakan untuk granat asap dan gas air mata.
"Sudah, sudah (diserahkan). Senjata bisa digunakan. Selain bisa digunakan peluru tajam juga bisa digunakan untuk asap dan gas air mata," jelas Wuryanto.
Wuryanto tidak menyebut batas waktu senjata itu berada di markas TNI. Namun, dia menjamin senjata itu berada dalam pengawasan ketat.
"Untuk sampai kapan nanti ada aturan tersendiri yang mengatur itu. TNI yang bertanggung jawab. Pasti aman sudah mempunyai standar keamanan yang layak," ujar dia.
Wuryanto menjelaskan, amunisi tajam yang ditahan pihak TNI mematikan. Selain radiusnya, ternyata amunisi tersebut memiliki ledakan yang mengeluarkan pecahan logam, di mana bisa membuat luka bahkan mematikan.
"Mempunyai radius mematikan 9 meter dan dengan jarak capai 400 meter. Keistimewaan amunisi ini adalah yang pertama setelah meledak pertama, meledak kedua dan menimbulkan pecahan-pecahan berupa logam-logam kecil yang melukai dan mematikan," beber Wuryanto.
Bukan hanya itu saja, amunisi tersebut juga bisa melesak sendiri tanpa kena benturan, selama 14-19 detik usai lepas dari laras.
"Granat ini pun bisa meledak sendiri tanpa impact atau benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras. Ini luar biasa," jelas Wuryanto.
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengakui, ada tiga jenis amunisi pada senjata Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) milik Brimob yang tengah menjadi polemik, antara lain asap, gas air mata, dan tajam. Namun, amunisi tajam di sini berbeda dari makna peluru tajam pada umumnya.
Menurut Setyo, amunisi tajam SAGL hanya berfungsi untuk melumpuhkan sasaran, bukan mematikan. Material yang terkandung pada amunisi tajam SAGL juga berbeda.
"Tajam tadi hanya mengejutkan dengan butiran kecil, tidak untuk mematikan, tapi melumpuhkan. Sekali lagi melumpuhkan itu perlu dipahami," ujar Setyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat 6 Oktober 2017.
Setyo menjelaskan, material yang terkandung dalam amunisi tajam adalah butiran logam kecil. Amunisi itu juga bisa disebut sebagai peluru tabur yang fungsinya bisa untuk memberi efek kejut pada sasaran.
"Ini fungsinya untuk mengejutkan, ini kan beda. Jadi, kalau ada orang di belakang tembok kemudian dia ditembak dengan granat itu, dia akan terkejut dan keluar, kemudian lakukan penangkapan. Itu yang dimaksud dengan pengejut," jelas dia.
"Tadi malam amunisi tersebut sudah dipindahkan ke gudang amunisi mabes TNI, sesuai dengan katalog yang menyertai sejumlah 5.932 butir amunisi," ujar Wuryanto di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (10/10/2017).
Dia menyebut, 280 pucuk senjata sudah diserahkan ke pihak Mabes Polri. Pasalnya, memang bisa digunakan untuk granat asap dan gas air mata.
"Sudah, sudah (diserahkan). Senjata bisa digunakan. Selain bisa digunakan peluru tajam juga bisa digunakan untuk asap dan gas air mata," jelas Wuryanto.
Wuryanto tidak menyebut batas waktu senjata itu berada di markas TNI. Namun, dia menjamin senjata itu berada dalam pengawasan ketat.
"Untuk sampai kapan nanti ada aturan tersendiri yang mengatur itu. TNI yang bertanggung jawab. Pasti aman sudah mempunyai standar keamanan yang layak," ujar dia.
Wuryanto menjelaskan, amunisi tajam yang ditahan pihak TNI mematikan. Selain radiusnya, ternyata amunisi tersebut memiliki ledakan yang mengeluarkan pecahan logam, di mana bisa membuat luka bahkan mematikan.
"Mempunyai radius mematikan 9 meter dan dengan jarak capai 400 meter. Keistimewaan amunisi ini adalah yang pertama setelah meledak pertama, meledak kedua dan menimbulkan pecahan-pecahan berupa logam-logam kecil yang melukai dan mematikan," beber Wuryanto.
Bukan hanya itu saja, amunisi tersebut juga bisa melesak sendiri tanpa kena benturan, selama 14-19 detik usai lepas dari laras.
"Granat ini pun bisa meledak sendiri tanpa impact atau benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras. Ini luar biasa," jelas Wuryanto.
Sebelumnya, Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengakui, ada tiga jenis amunisi pada senjata Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) milik Brimob yang tengah menjadi polemik, antara lain asap, gas air mata, dan tajam. Namun, amunisi tajam di sini berbeda dari makna peluru tajam pada umumnya.
Menurut Setyo, amunisi tajam SAGL hanya berfungsi untuk melumpuhkan sasaran, bukan mematikan. Material yang terkandung pada amunisi tajam SAGL juga berbeda.
"Tajam tadi hanya mengejutkan dengan butiran kecil, tidak untuk mematikan, tapi melumpuhkan. Sekali lagi melumpuhkan itu perlu dipahami," ujar Setyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat 6 Oktober 2017.
Setyo menjelaskan, material yang terkandung dalam amunisi tajam adalah butiran logam kecil. Amunisi itu juga bisa disebut sebagai peluru tabur yang fungsinya bisa untuk memberi efek kejut pada sasaran.
"Ini fungsinya untuk mengejutkan, ini kan beda. Jadi, kalau ada orang di belakang tembok kemudian dia ditembak dengan granat itu, dia akan terkejut dan keluar, kemudian lakukan penangkapan. Itu yang dimaksud dengan pengejut," jelas dia.
Post a Comment