Header Ads

Presiden Wanita Pertama Di Negri Singa

Presiden Wanita Pertama Di Negri Singa


Tanpa melalui proses pemilihan umum, Halimah Yacob, resmi menjadi presiden terpilih Singapura. Ia mencatat sejarah sebagai presiden wanita pertama di Negeri Singa.

"Sebagaimana diketahui, Nyonya Halimah adalah satu-satunya kandidat. Maka saya nyatakan, Halimah Yacob sebagai kandidat Presiden terpilih Republik Singapura," ujar Returning Officer Singapura, Ng Wai Choong, seperti dikutip dari The Straits Times pada Rabu, (13/9/2017).

Pascapengumuman tersebut, sorak-sorai pecah seketika di kalangan pendukung Halimah yang kompak mengenakan kostum serba oranye.

Dalam sebuah pidato singkat yang disampaikan di hadapan para pendukungnya, Halimah mengatakan bahwa dirinya adalah presiden bagi seluruh rakyat Singapura. "Saya adalah presiden bagi setiap orang, terlepas dari ras, bahasa, agama, atau kepercayaan..."

Halimah yang berbicara dalam Bahasa Inggris dan Melayu juga mengatakan bahwa terpilihnya ia menunjukkan "hal yang sangat positif bagaimana Singapura mempraktikkan multirasialisme".

"Saya berdiri di hadapan Anda sebagai Presiden Melayu kedua dalam 47 tahun sejarah negara kita. Saya percaya bahwa ini adalah momen yang membanggakan bagi Singapura, bagi multikulturalisme dan multirasisme di masyarakat kita. Ini menunjukkan bahwa multirasisme bukan hanya sekadar slogan, dan ini hal yang baik untuk didengar atau disampaikan. Itu benar-benar bekerja di dalam masyarakat bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk mengisi posisi tertinggi di negeri ini," ujar perempuan berusia 63 tahun tersebut.

Tak hanya itu, ibu dari lima anak tersebut juga bicara tentang sejarah yang diukirnya, yakni menjadi Presiden wanita pertama Singapura.

"Ini menunjukkan bahwa yang ketika kita membicarakan keragaman gender, kita tak sekadar meneriakkan slogan, kita bersungguh-sungguh. Setiap wanita dapat bercita-cita mengisi posisi tertinggi jika Anda punya keberanian, tekad, dan keinginan untuk bekerja keras," terang mantan Ketua Parlemen Singapura itu.

Halimah menegaskan, sekarang saatnya untuk berdiri bersama dan fokus menjadikan Singapura sebagai rumah bagi setiap orang.

"Rakyat Singapura tercinta, tidak seorang pun dapat melakukan tugas ini sendiri. Kami butuh seluruh dari Anda untuk berdiri bahu membahu, mencapai yang terbaik yang kita bisa. Menurut Anda kita telah mencapai puncak? Belum, kita belum sampai sana. Yang terbaik hanya dapat dicapai jika kita bekerja bersama untuk meningkatkan kehidupan kita dan anak-anak kita. Saya meminta Anda untuk fokus pada kesamaan yang kita miliki bukan pada perbedaan yang ada," imbuhnya.

Sementara itu, dalam pernyataannya, Kantor Perdana Menteri mengatakan, "Presiden ke-8 Singapura, Nyonya Halimah Yacob, akan dilantik pada hari Kamis 14 September 2017, pukul 18.00, di Istana".

Halimah merupakan satu-satunya kandidat presiden yang mendapat mendapat sertifikat kelayakan untuk mencalonkan diri. Dua kandidat lainnya, yakni Farid Khan dan Salleh Marican tidak memenuhi kriteria utama yang ditetapkan sebagai calon presiden dari sektor swasta.

Ketika ditanya banggakah Mohammed Abdullah -- suami Halimah -- dengan istrinya, pria itu menjawab, "Tentu saja!".

Salah seorang warga Singapura bernama Vincent Teo (71) mengatakan, ia mendukung Halimah karena menurutnya politikus itu telah melakukan banyak hal untuk warga miskin dan membutuhkan.

"Saya harap dia membawa pencerahan dan kebahagiaan bagi Singapura dan Singapura akan terus tumbuh dan berkembang di bawah kepresidenannya. Dia sangat sederhana," ujar Teo.

Ada pun Marmot Kamat yang berusia 70-an menjelaskan, ia mengenal Halimah melalui organisasi nirlaba Ain Society di mana Presiden terpilih Singapura itu menjabat sebagai penasihat. "Saya datang untuk mendukungnya karena saya sangat senang akan ada Presiden Melayu wanita yang memimpin negara ini".

Meski sebagian menyambut gembira atas terpilihnya Halimah, namun tak sedikit yang marah karena berpendapat tidak bisa memberikan suara mereka. Singkat kata, sebagian lain menganggap bahwa apa yang terjadi tidak demokratis.

Seperti dikutip dari The Guardian, pemilik akun Facebook, Pat Eng, menulis, "Terpilih tanpa pemilihan. Sungguh konyol".

Warga bernama Joel Kong juga mengomentari terpilihnya Halimah. Dengan tagar #NotMyPresident ia menulis, "Sejak sekarang, saya akan memanggil dia Presiden yang dipilih -- bukan terpilih".

Kendati demikian, Halimah tetap mendapat dukungan dari dua capres gagal. Farid Khan dalam sebuah pernyataannya mengatakan, "Saya mendoakan yang terbaik bagi Nyonya Halimah dan saya berharap dia akan menempatkan rakyat Singapura dalam pertimbangan utamanya ketika membuat setiap keputusan yang akan memengaruhi hidup kita dan anak-anak kita".

Sementara itu, Salleh Marican menuturkan bahwa kemenangan Halimah telah memicu pecah belah. Walau demikian ia sampaikan, "Saya berharap Nyonya Halimah akan menyembuhkan luka tersebut. Mengingat latar belakang dan pengalamannya, saya yakin ia akan jadi Presiden pemersatu".
Diberdayakan oleh Blogger.