Telaga Saat Mulai Dinormalisasi
Telaga Saat Mulai Dinormalisasi
TNI bersama ratusan komunitas pecinta lingkungan dan alam melakukan normalisasi Telaga Saat yang menjadi hulu Sungai Ciliwung. Telaga yang berada di kawasan Puncak, Desa, Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Dari luas 6 hektar, 80 persen di antaranya sudah menjadi daratan dan dipenuhi tanaman liar akibat tak diurus.
"80 persen sudah menjadi daratan tertutup tumbuhan gulma dan tumbuhan air liar lainnya. Kondisinya memprihatinkan," kata Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel Infantri Muhamad Hasan di Puncak, Bogor, Minggu (25/2/2018).
Padahal, Telaga Saat ini merupakan hulu Ciliwung dan titik lokasi bermuaranya 13 mata air di antaranya dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Baut.
Jika dalam kondisi normal, lanjut Hasan, telaga ini bisa menampung debit air hingga 5 juta liter air. Namun dengan pendangkalan yang saat ini terjadi, Telaga Saat hanya mampu menampung air sebanyak 100 ribu liter air.
"Kondisi ini terjadi karena ada pembiaran oleh banyak pihak. Lihat saja banyak tanaman eceng gondok, tanah bekas longsoran, itu seharusnya diangkat, dibersihkan, ini kan dibiarkan," terang Hasan.
Menurut Hasan, Telaga Saat yang dikelola Dirjen Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane ini terakhir kali dinormalisasi sekitar tujuh tahun lalu. Itupun hanya di bagian pinggiran saja.
"Saya tanya sama warga sini katanya ada pengerukan 6 atau 7 tahun lalu, tapi setelah itu dibiarkan," ujar Hasan.
Dari luas 6 hektar, 80 persen di antaranya sudah menjadi daratan dan dipenuhi tanaman liar akibat tak diurus.
"80 persen sudah menjadi daratan tertutup tumbuhan gulma dan tumbuhan air liar lainnya. Kondisinya memprihatinkan," kata Komandan Korem 061/Suryakancana Kolonel Infantri Muhamad Hasan di Puncak, Bogor, Minggu (25/2/2018).
Padahal, Telaga Saat ini merupakan hulu Ciliwung dan titik lokasi bermuaranya 13 mata air di antaranya dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Baut.
Jika dalam kondisi normal, lanjut Hasan, telaga ini bisa menampung debit air hingga 5 juta liter air. Namun dengan pendangkalan yang saat ini terjadi, Telaga Saat hanya mampu menampung air sebanyak 100 ribu liter air.
"Kondisi ini terjadi karena ada pembiaran oleh banyak pihak. Lihat saja banyak tanaman eceng gondok, tanah bekas longsoran, itu seharusnya diangkat, dibersihkan, ini kan dibiarkan," terang Hasan.
Menurut Hasan, Telaga Saat yang dikelola Dirjen Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane ini terakhir kali dinormalisasi sekitar tujuh tahun lalu. Itupun hanya di bagian pinggiran saja.
"Saya tanya sama warga sini katanya ada pengerukan 6 atau 7 tahun lalu, tapi setelah itu dibiarkan," ujar Hasan.
Post a Comment