Serangan AS Tewaskan Puluhan Warga Rusia, Moskow Tak Berkomentar
Ketika pesawat tempur Rusia ditembak jatuh oleh pemberontak, Kementerian Pertahanan mengatakan pilotnya sebagai pahlawan. Kini, Kremlin menepis laporan korban, tidak mengatakan siapa saja yang tewas dan tidak dijelaskan alasan kenapa orang-orang itu berada di sana.
Keluarga para korban yang tewas mulai bertanya-tanya. Sementara itu penjelasan soal alasan para kontraktor militer itu berada di wilayah kaya akan minyak yang menjadi sasaran serangan perlahan mulai muncul.
Pada 7 Februari, militer yang terdiri dari 500 orang, yang sebagian besar kontraktor Rusia dan kelompok besenjata Kristen pendukung pemerintah Suriah, melintasi sungai Euphrates dekat Deir Ezzor. Wilayah itu dikuasai ISIS hingga akhir tahun.
Orang-orang Rusia itu bekerja untuk perusahaan paramiliter bernama Wagner. Perusahaan itu mempunyai ratusan kontraktor di Suriah, membantu militer Rusia dan pasukan pro pemerintahan.
Misi dari pasukan pada malam itu masih belum jelas, tapi mereka bergerak menuju ladang minyak dan gas yang berharga, Coneco. Wilayah itu dikuasai oleh Pasukan Demokratis Suriah (SDF), kelompok bersenjata AS yang selama ini mengincar ISIS di negara itu.
Ketika pasukan pro pemerintah mulai menyerang pangkalan SDF, AS merespons dengan serangan udara dan tembakan artileri selama tiga jam.
Komandan AS berusaha menghubungi Rusia melalui jalur dekonflik untuk memperingatkan respons tersebut. Akan tetapi saat komunikasi terhubung, serangan sudah terjadi.
Akibatnya terjadi kehancuran luar biasa. Kesaksian sejumlah kontingen Wargner, sebagaimana dilaporkan kepada rekan-rekan dan keluarganya, mengatakan AS melakukan pembantaiandengan pesawat tempur AC 130, helikopter dan artileri.
Valery Shebayev mengunjungi beberapa korban luka di rumah sakit Moskow, mengatakan bahwa kelompok itu diperingatkan untuk menguasai wilayah ladang minyak kosong. Tapi mereka tidak punya dukungan udara.
Shebayev, anggota kelompok Cossack yang menjadi sumber perekrutan Wagnet, mengatakan apa yang terjadi di sana adalah tragedi pembantaian.
Ruslan Leviev, seorang aktivis Conflict Inteligence Team di Moskow, menyebutkan pihaknya memperkirakan ada 20 sampai 30 orang Rusia yang menjadi korban dalam insiden itu.
Otoritas Rusia menolak mengonfirmasi laporan tersebut. Pada Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan lima orang warga Rusia dinyatakan tewas dalam serangan tersebut.
Ketika ditanya soal berapa jumlah korban yang tewas, juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov mencoba untuk menghentikan laporan tersebut. Kami tidak mempunyai informasi baru soal kejadian ini dan kami telah mengatakan semua hal yang perlu kami katakan.
Akan tetapi, jika insiden tersebut mamakan banyak korban jiwa, maka ini akan menjadi pertempuran paling menyakitkan antara AS dan Rusia sejak akhir Perang Dingin.
Amerika Serikat menyebutkan sudah mengikuti semua protokol untuk menghindari konflik. Rusia mengaku mereka tidak tahu ketika kami menghubungi mereka soal pasukan yang melintas. Saat pasukan militer itu mendekat, mereka diberi tahu soal penembakan dimulai, ujar Menteri Perahanan AS James Mattis, 11 Februari.
Post a Comment