Tersangka Pemutilasi Dan Pembakar Istri Di Karawang
Tersangka Pemutilasi Dan Pembakar Istri Di Karawang
Warga Desa Ciranggon, Majalaya, Karawang, Jawa Barat, geger atas penemuan jasad wanita yang dimutilasi dan hangus terbakar. Setelah sepekan penemuan, polisi mengungkap dan menangkap pelaku kasus tersebut. Korban diketahui bernama Siti Saidah alias Sinox alias Nindy alias Desi Wulandari (21). Pembunuhnya tak lain suaminya sendiri bernama M Kholili bin Entong (23).
Nurjaya (50), paman tersangka, mengatakan, Kholili merupakan tamatan SMP dan berasal dari Kampung Mekarjaya RT 03 RW 01, Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Nurjaya tidak percaya bila Kholili tega membunuh istrinya. Sebab, selama ini anak pertama dari tiga bersaudara ini dikenal sebagai pemuda yang baik dan santun.
"Kami tidak percaya Kholili itu pembunuh atau pelaku mutilasi. Sebab, dia bukan tipe anak nakal atau urakan," kata Nurjaya, paman korban, Kamis (14/12/2017).
Namun, Nurjaya kurang mengetahui tingkah laku Kholili sejak tinggal bersama istrinya di Karawang. "Saya tidak tahu permasalahannya apa, yang saya tahu suka sering cekcok, itu pun saya tahu dari warga sini," kata Nurjaya.
Nurjaya bercerita, Kholili meninggalkan kampung halamannya sejak masih bujangan. Kholili diajak saudaranya bekerja di sebuah pabrik di Karawang, beberapa bulan setelah lulus SMP.
"Semenjak itu ia jarang pulang. Tahu-tahu dapat kabar mau menikah dengan orang Jawa Tengah," kata dia.
Setelah menikah dengan Nindi, pasangan suami istri ini dikarunia seorang anak. Anaknya kemudian tumbuh besar dan biaya kebutuhan hidup makin tinggi, membuat istrinya memutuskan untuk bekerja dan diterima sebagai sales properti.
"Karena istrinya kerja, anaknya dititipkan di rumah orangtua Kholili (di Tenjolaya, Bogor)," ujar Nurjaya.
Sadi (60), Ketua RT 01 Kampung Mekarjaya, Desa Gunung Mulya, menambahkan, Kholili dilahirkan dari keluarga sederhana. Entong, ayah Kholili, hanya seorang pedagang sayuran di Jakarta. Adapun ibunya, Lilis, sebagai ibu rumah tangga.
"Waktu mau nikah Kholili sempat minta dibikinin surat numpang nikah dan KK (kepala keluarga)," kata dia.
Sejak saat itu, dirinya tidak pernah bertemu kembali dengan Kholili. Setelah sekian lama tidak berjumpa, tiba-tiba ia mendengar kabar mengagetkan perihal tindakan yang dilakukan warganya itu.
"Saya bener-bener kaget pas mendengar kejadian. Karena ga percaya, dia kan orangnya pendiam dan sopan," papar Sadi.
Aang Sukarna (30), Kaur Pemerintahan Desa Gunung Mulya, mengaku mengenal Kholili sejak masih sekolah dasar, sehingga paham betul tingkah laku Kholili.
Bahkan, dua minggu sebelum kejadian, dia sempat melihat Kholili dengan istrinya pulang ke rumah orangtuanya di Gunung Mulya, Tenjolaya, untuk menengok anaknya.
"Makanya saya kaget. Dia belum ada catatan kriminal di desa ini. Sebelum kejadian juga saya lihat dia pulang ke rumah, nengokin anaknya," Aang memungkasi.
Nurjaya (50), paman tersangka, mengatakan, Kholili merupakan tamatan SMP dan berasal dari Kampung Mekarjaya RT 03 RW 01, Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Nurjaya tidak percaya bila Kholili tega membunuh istrinya. Sebab, selama ini anak pertama dari tiga bersaudara ini dikenal sebagai pemuda yang baik dan santun.
"Kami tidak percaya Kholili itu pembunuh atau pelaku mutilasi. Sebab, dia bukan tipe anak nakal atau urakan," kata Nurjaya, paman korban, Kamis (14/12/2017).
Namun, Nurjaya kurang mengetahui tingkah laku Kholili sejak tinggal bersama istrinya di Karawang. "Saya tidak tahu permasalahannya apa, yang saya tahu suka sering cekcok, itu pun saya tahu dari warga sini," kata Nurjaya.
Nurjaya bercerita, Kholili meninggalkan kampung halamannya sejak masih bujangan. Kholili diajak saudaranya bekerja di sebuah pabrik di Karawang, beberapa bulan setelah lulus SMP.
"Semenjak itu ia jarang pulang. Tahu-tahu dapat kabar mau menikah dengan orang Jawa Tengah," kata dia.
Setelah menikah dengan Nindi, pasangan suami istri ini dikarunia seorang anak. Anaknya kemudian tumbuh besar dan biaya kebutuhan hidup makin tinggi, membuat istrinya memutuskan untuk bekerja dan diterima sebagai sales properti.
"Karena istrinya kerja, anaknya dititipkan di rumah orangtua Kholili (di Tenjolaya, Bogor)," ujar Nurjaya.
Sadi (60), Ketua RT 01 Kampung Mekarjaya, Desa Gunung Mulya, menambahkan, Kholili dilahirkan dari keluarga sederhana. Entong, ayah Kholili, hanya seorang pedagang sayuran di Jakarta. Adapun ibunya, Lilis, sebagai ibu rumah tangga.
"Waktu mau nikah Kholili sempat minta dibikinin surat numpang nikah dan KK (kepala keluarga)," kata dia.
Sejak saat itu, dirinya tidak pernah bertemu kembali dengan Kholili. Setelah sekian lama tidak berjumpa, tiba-tiba ia mendengar kabar mengagetkan perihal tindakan yang dilakukan warganya itu.
"Saya bener-bener kaget pas mendengar kejadian. Karena ga percaya, dia kan orangnya pendiam dan sopan," papar Sadi.
Aang Sukarna (30), Kaur Pemerintahan Desa Gunung Mulya, mengaku mengenal Kholili sejak masih sekolah dasar, sehingga paham betul tingkah laku Kholili.
Bahkan, dua minggu sebelum kejadian, dia sempat melihat Kholili dengan istrinya pulang ke rumah orangtuanya di Gunung Mulya, Tenjolaya, untuk menengok anaknya.
"Makanya saya kaget. Dia belum ada catatan kriminal di desa ini. Sebelum kejadian juga saya lihat dia pulang ke rumah, nengokin anaknya," Aang memungkasi.
Post a Comment