Header Ads

Kementrian Ketenaga kerjaan Melatih 600 Barista

Kementrian Ketenaga kerjaan Melatih 600 Barista


Dalam rangka membuka lapangan kerja baru, Kementrian Ketenagakerjaan mengadakan pelatihan menjadi barista. Pelatihan dipusatkan di Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Kementrian Ketenagakerjaan, Lembang, Jawa Barat.

Kepala Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja, Kementrian Ketenagakerjaan, Nana Mulyana menjelaskan, pelatihan barista menjadi salah satu pilihan pelatihan, karena profesi ini masih sangat dibutuhkan. “Hal ini seiring mewabahnya kafe dan kedai kopi di Indonesia,” kata Nana, akhir September lalu. “Mewabahnya kafe memberi peluang kerja bagi barista. Sebuah profesi baru yang cukup menjanjikan”.

Tak hanya itu, lanjutnya, dengan munculnya barista-barista baru yang kemungkinan besar tertarik membuka kafe kopi, diharapkan akan memberi efek baik bagi terserapnya pasar kerja baru. Setidaknya, jika satu barista mendirikan kafe, maka akan menarik dua pekerja baru untuk mengelolanya.

Tahun ini, Balai Besar Pengembangan Pasar Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja membuka 30 angkatan pelatihan barista. Tiap angkatan terdiri 20 peserta. Dengan demikian, tahun ini terdapat 600 peserta yang berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia. Hingga September ini, sudah terlaksana 15 angkatan pelatihan. Sebelumnya, tahun lalu, program ini telah diujicobakan dengan melibatkan 100 peserta.

Pelatihan selama empat hari ini menghadirkan instruktur yang berasal dari barista profesional, seperti beberapa barista dari East Indische Koffie Jakarta. Materi pelatihan 70 persen diantaranya adalah praktik.

Nana menambahkan, saat ini pihaknya juga tengah menyiapkan pelatihan untuk para roaster kopi dan owner kafe atau kedai kopi. Roaster dilatih cara memanggang biji kopi yang berkualitas, sedangkan para pemilik kafe dilatih manajemen bisnis yang baik.

Salah satu instruktur pelatihan, Vickto Betaliano menjelaskan, materi pelatihan terdiri dari coffee knowledhe, cupping, manual brew, espresso based, cappuccino serta latte art. “Meski hanya dalam waktu empat hari, karena materi pelatihan dominan praktik, maka setelah ikut pelatihan, 90 persen peserta bisa menjadi barista. Selanjutnya tinggal memperkaya jam terbang,” ujarnya.

Tiap pelatihan selalu ditutup dengan lomba meracik dan menyajikan kopi yang diikuti oleh seluruh peserta. “90 persen peseta bisa meracik, menyajikan kopi dan mempresentasikannya dengan baik,” tambah Vickto.

Agus Surono, salah satu peserta dari Klaten mengaku, pelatihan ini makin menguatkan kepercayaan dirinya untuk membuka kedai kopi. “Setelah menguasai teknik dasar meracik kopi, sekarang saya berani membuka kedai kopi,” akunya.

Peserta asal Semarang, Adiansyah Harjunantio, mengatakan, selain mendapatkan modul dan praktik, pelatihan ini membekali barista tentang bagaimana cara mengedukasi masyarakat tentang sejarah, manfaat dan citarasa kopi nusantara.
Diberdayakan oleh Blogger.