Bripda Rian Salah Satu Korban Yang Selamat Dari Bom Kampung Melayu
Bripda Rian adalah salah satu polisi yang menjadi korban dari ledakan bom Kampung Melayu Jakarta Timur, Rabu malam 24 April 2017. Rian memang ditugaskan untuk menjaga pawai obor di daerah Kampung Melayu.
Namun, sebelum pawai itu lewat, terjadi ledakan bom di Kampung Melayu. Rian pun menjadi salah satu polisi yang terluka saat tragedi nahas itu.
Sang ayah, Suwarno (58) mengatakan, sebelum berangkat kerja, anaknya meneleponnya meminta izin, untuk mengawal pawai obor di Kampung Melayu.
"Dia memang biasa meminta izin sebelum pergi kerja. Namun, saya tidak ada firasat apa-apa saat itu," ujar Suwarno saat ditemui di Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Suwarno mengatakan, Rian awalnya ingin membantu seniornya yang menjadi korban dari ledakan pertama. Namun, saat dia ingin membantu seniornya, terjadi ledakan bom kedua.
"Dia (Rian) tidak terkena sama sekali di ledakan pertama. Anak saya bantu mengangkat seniornya yang kena ledakan yang sudah tidak bernyawa. Dia setop kendaraan truk, begitu truk itu berhenti, ada ledakan kedua. Jadi anak saya (kena) ledakan kedua," beber Suwarno.
Dia mengaku terkejut saat melihat nama anaknya Briptu Muhammad Syukron Riandi diumumkan di media menjadi korban ledakan bom Kampung Melayu.
"Saya lagi nonton televisi, saya liat ada berita bom di Kampung Melayu. Saya langsung firasat anak saya, ada kontak batin lah dengan anak saya, karena kan anak saya juga bilang dia bertugas di Kampung Melayu," terang Suwarno.
Tak lama kemudian, dia menuturkan Rian sempat meneleponnya. Rian mengabarkan bahwa dia menjadi korban dari bom Kampung Melayu.
"Rian telepon kami, dia jadi korban bom. Saya bilang lukanya dalam tidak. Dia bilang dalam 5 cm," ujar dia.
Akibat kejadian ini, bahu kiri Rian berlubang kemudian bagian pelipis, mata serta hidungnya terluka.
"Jadi intinya membantu temannya yang terkapar, mungkin kalau anak saya nggak kehalangan temannya, mungkin kena semua juga, Alhamdulillah Allah masih melindungi," terang Suwarno.
Sebagai orangtua yang melihat anaknya menjadi korban, Suwarno berharap teror bom tidak terjadi lagi di Indonesia.
"Semoga ini kejadian yang terakhir. Agar Indonesia menjadi negara yang memiliki suasana damai," imbuh Suwarno.
Namun, sebelum pawai itu lewat, terjadi ledakan bom di Kampung Melayu. Rian pun menjadi salah satu polisi yang terluka saat tragedi nahas itu.
Sang ayah, Suwarno (58) mengatakan, sebelum berangkat kerja, anaknya meneleponnya meminta izin, untuk mengawal pawai obor di Kampung Melayu.
"Dia memang biasa meminta izin sebelum pergi kerja. Namun, saya tidak ada firasat apa-apa saat itu," ujar Suwarno saat ditemui di Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Suwarno mengatakan, Rian awalnya ingin membantu seniornya yang menjadi korban dari ledakan pertama. Namun, saat dia ingin membantu seniornya, terjadi ledakan bom kedua.
"Dia (Rian) tidak terkena sama sekali di ledakan pertama. Anak saya bantu mengangkat seniornya yang kena ledakan yang sudah tidak bernyawa. Dia setop kendaraan truk, begitu truk itu berhenti, ada ledakan kedua. Jadi anak saya (kena) ledakan kedua," beber Suwarno.
Dia mengaku terkejut saat melihat nama anaknya Briptu Muhammad Syukron Riandi diumumkan di media menjadi korban ledakan bom Kampung Melayu.
"Saya lagi nonton televisi, saya liat ada berita bom di Kampung Melayu. Saya langsung firasat anak saya, ada kontak batin lah dengan anak saya, karena kan anak saya juga bilang dia bertugas di Kampung Melayu," terang Suwarno.
Tak lama kemudian, dia menuturkan Rian sempat meneleponnya. Rian mengabarkan bahwa dia menjadi korban dari bom Kampung Melayu.
"Rian telepon kami, dia jadi korban bom. Saya bilang lukanya dalam tidak. Dia bilang dalam 5 cm," ujar dia.
Akibat kejadian ini, bahu kiri Rian berlubang kemudian bagian pelipis, mata serta hidungnya terluka.
"Jadi intinya membantu temannya yang terkapar, mungkin kalau anak saya nggak kehalangan temannya, mungkin kena semua juga, Alhamdulillah Allah masih melindungi," terang Suwarno.
Sebagai orangtua yang melihat anaknya menjadi korban, Suwarno berharap teror bom tidak terjadi lagi di Indonesia.
"Semoga ini kejadian yang terakhir. Agar Indonesia menjadi negara yang memiliki suasana damai," imbuh Suwarno.
Post a Comment